Dedi Mulyadi Wajibkan Warga Vasektomi Jika Ingin Dapat Bansos, Scatter Hitam Tetap Menyala
Dedi Mulyadi Wajibkan Warga Vasektomi Jika Ingin Dapat Bansos, Scatter Hitam Tetap Menyala
Kebijakan kontroversial kembali hadir dari sosok politisi nyentrik Dedi Mulyadi. Mantan Bupati Purwakarta ini mengusulkan sebuah syarat tidak biasa: warga yang ingin menerima bantuan sosial (bansos) diwajibkan melakukan vasektomi. Di tengah kehebohan tersebut, para pemain gim daring justru merayakan hal lain—fitur scatter hitam di salah satu slot game terkenal terus memberikan kemenangan besar.
Dua dunia yang tampaknya tidak berhubungan justru saling bersandingan dalam lanskap sosial digital Indonesia hari ini.
Kebijakan Vasektomi untuk Tekan Ledakan Penduduk
Dalam konferensi persnya, Dedi Mulyadi menyatakan bahwa kebijakan vasektomi bagi penerima bansos adalah solusi untuk menekan pertumbuhan penduduk yang tak terkendali di daerah miskin.
“Kalau orang miskin terus beranak tanpa perencanaan, negara akan terus terbebani. Harus ada kesadaran. Vasektomi bisa menjadi bentuk tanggung jawab,” kata Dedi.
Ia menegaskan bahwa vasektomi tidak akan dipaksakan secara paksa, namun akan menjadi syarat utama untuk menerima bansos di beberapa program tertentu yang sedang digodok.
Kebijakan ini langsung menuai pro-kontra. Sebagian kalangan menyebutnya sebagai bentuk kontrol penduduk yang ekstrem, sementara yang lain melihatnya sebagai langkah berani menghadapi masalah struktural jangka panjang.
Kritik dan Dukungan Mengalir
Aktivis HAM dan kesehatan menyayangkan usulan tersebut. Mereka menilai pendekatan semacam itu mereduksi hak individu atas tubuhnya. “Bansos adalah hak sosial, bukan alat tekanan untuk tindakan medis,” ujar Nurlaela, direktur eksekutif sebuah LSM kesehatan di Jakarta.
Namun tak sedikit pula warganet yang justru mendukung kebijakan ini karena dianggap realistis. Banyak yang menilai bahwa populasi yang terus bertambah tanpa kontrol hanya akan memperparah kemiskinan dan pengangguran.
Tagar #VasektomiBansos sempat trending di media sosial, memperlihatkan betapa isu ini menyentuh aspek emosional dan ideologis masyarakat.